Kamis, 09 November 2017

Di Solo, hafal Alquran dapat makan bakso perdeo selamanya

Di Solo, hafal
Di Solo, hafal Alquran dapat makan bakso perdeo selamanya

Jika anda berkunjung ke Kota Solo, belum lengkap kalau belum mengunjungi Alun-alun Kidul (selatan) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Di sepanjang sore hingga malam hari, berbagai hiburan khususnya becak lampu & kuliner khas Solo tersaji.

BERITA TERKAIT
Mencengangkan, kisah inspiratif pengemudi GO-JEK ini patut diacungi jempol
Kisah mereka yang tak dapat kumpul keluarga saat Lebaran demi kelancaran KRL
Nadiem Makarim hingga Bos Inalum masuk daftar sosok inspiratif di Asia

Dari sekian banyak hiruk pikuk di tempat yang seringkali disebut Alkid (alun-alun kidul) tadi, terdapat seorang penjual bakso unik. Di sebuah gerobak motor kecil bakso Malang tadi tertempel sebuah kertas putih bertuliskan "HAFAL AL-QURAN, GRATIS SELAMANYA'. Tulisan sederhana tadi bahkan sudah menjadi viral di media sosial dalam beberapa hari terakhir.

Sang empunya gerobak bakso, bernama Rahmad Nurhidayat pun tak menampik kabar tadi. Pria 30 tahun berasal Palur, Mojolaban, Sukoharjo itu mengaku sudah mendapatkan kiriman warta tadi dari beberapa kawannya.

"Ada temen saya yang ngasih memahami mas, kalau goresan pena di gerobak saya itu beredar di media sosial," ujar Rahmad saat ditemui merdeka.com, Senin (9/1) petang.

Rahmad mengaku bertanggung jawab dengan goresan pena tadi. Ia sangat serius & mengapresiasi kepada para penghafal Alquran. Sehingga beliau pun akan menghadiahkan semangkok bakso lengkap buat dimakan. Bahkan mereka boleh datang & makan setiap hari di warung dadakan, yang terdapat di pojokan barat pintu masuk selatan Alkid.

pedagang bakso perdeo 2017 Merdeka.com/arie sunaryo

"Silakan yang hafal Quran makan bakso di sini perdeo selamanya, selama saya masih berjualan," terangnya.

Rahmad mengaku menggratiskan baksonya bagi hafiz Alquran semenjak 1,5 tahun lalu. Ia mengaku bingga saat ini sudah belasan orang datang ke warungnya buat makan bakso perdeo. Ia tidak akan menguji atau meminta mengambarkan kepada penghafal Quran sebelum makan.

"Kalau saya percaya saja mas, tidak usah dites. Dulu terdapat bapak-bapak yang tiap hari ke sini. Tapi sudah lama enggak kelihatan," jelas Rahmad sembari mengingat-ingat nama & berasal usul orang tadi.

Kendati mensyaratkan hafal Alquran, Rahmad mengaku seringkali terjadi tawar menawar. Sehingga syarat hafal Alquran kadang dilanggar. Tak sedikit para murid SD atau SMP yang hanya hafal Juz 'Amma atau beberapa surat lainnya minta digratiskan.

"Kemarin pas liburan itu terdapat anak SD Purbalingga yang wisata. Terus mampir & nawar. Katanya baru hafal 2 surat. Ya sudah tetap kita beri bakso perdeo mas," pungkasnya.

Ide membagikan bakso perdeo, jelas Rahmad, muncul 1,5 tahun lalu, meski ia sudah berjualan bakso selama 4 tahun. Meskipun ia belum hafal Alquran, tetapi ia termotivasi oleh 8 keponakannya yang terus belajar buat menghafal Alquran.

"Saya sendiri masih belum banyak hafalannya, waktunya susah mas. Tapi keponakan saya banyak yang jadi calon penghafal. Pingin cita rasanya, saya terus belajar kalau terdapat waktu," ucap suami Fitri Arianik ini.

Di masa mendatang, Rahmad ingin anak perempuannya yang masih berusia 9 bulan ini menjadi penghafal Alquran. Ia juga konsisten dengan keputusan menggratiskan bakso bagi hafiz Quran.

pedagang bakso perdeo 2017 Merdeka.com/arie sunaryo

"Saya tidak pernah rugi menggratiskan bakso. Malah rezki saya bertambah, urusan dimudahkan sama Allah. Belum lama ini saya mengajukan kredit rumah, setelah interview, ternyata tidak disetujui. Dan saya batalkan agenda tadi. Tapi setelah istri saya melahirkan & keluar dari pekerjaannya, semua dimudahkan. Ia mendapatkan tawaran kredit rumah tanpa bunga di Kertonatan, Kartasura," kisah Rahmad sembari terus meladeni pembeli yang berdatangan tak henti.

Rahmad mengaku menjual bakso atas dorongan istri & keluarganya. Ayah & sejumlah saudaranya selama ini juga berjualan bakso. Namun ilmu meracik bakso justru ia dapatkan dari orang lain.

"Saya diajari oleh orang Malang. Sekarang sudah meninggal," terang laki-laki yang pernah kuliah di Akademi Akutansi Balikpapan itu.

Lebih lanjut ia menceritakan, sebelum berjualan bakso di Alkid, ia terlebih dulu berjualan keliling dengan gerobak motor. Berjualan di Alkid, ia hanya melanjutkan ayahnya. Ia ingin & & berobsesi mempunyai rumah makan atau warung bakso yang besar.

Selama berjualan bakso, Rahmad mengaku memperoleh penghasilan yang cukup. Dengan harga Rp 7 ribu per mangkok, dalam sehari ia dapat menghabiskan bakso minimal 100 porsi. Namun jikalau cuaca baik, dalam sehari minimal dapat menghabiskan 250 porsi.

"Kalau enggak hujan dapat hingga 250 mangkok. Tapi kalau hujan paling 100 mangkok saja. Saya buka jam 16.00 WIB, paling 2 jam, bentar lagi habis. Tapi kalau hujan sepi, dapat hingga jam 22.00 WIB, pas bareng tutupnya Alkid," urainya.

Dengan sepeda motor bebek AD 2758 LT, Rahmad mengusung dagangan dari rumahnya ke Alkid yang berjarak sekitar 8 kilometer. Sesampai di Alkid, ia segera memasang tenda merah lipat berukuran 3x6 meter buat menampung pembeli. Tenda tadi juga dilengkapi 2 meja & 8 kursi serta sejumlah tikar. Selesai menyiapkan perlengkapan jualannya, laki-laki bertubuh kurus tadi tertentu diserbu puluhan pembeli. Tak sedikit warga yang cuma mampir & membungkus bakso buat dibawa pulang.

Sebelum tetapkan berjualan bakso, Rahmad sudah beberapa kali keluar masuk perusahaan sebagai marketing. Antara lain di PT Semen Gresik, & sejumlah dealer sepeda motor di Kota Solo. Terkait riwayat kuliahnya, Rahmad mengaku kesulitan porto, hingga harus putus di tengah jalan.

"Saya kuliah porto sendiri di Balikpapan, jadi susah kalau sembari kerja," keluhnya.

Tekad Rahmad buat menjadi penghafal Alquran memang sulit buat diwujudkan. Namun demikian ia tak patah semangat. Selain terus belajar & berusaha, ia juga bergaul & mencari sahabat-sahabat yang hafal Alquran.

"Sekarang ini banyak sahabat-sahabat saya yang hafal Alquran. Jadi saya tetap termotivasi buat menghafal Alquran," tuturnya. [cob]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar