Mengidam Bakso Beranak Datanglah ke Salatiga
Yang namanya kuliner bakso, nyaris pada segala penjuru tanah air bisa ditemukan. Dari sudut perkotaan sampai pelosok pedesaan, makanan berbahan standar daging beserta bentuk bundar mirip bola bekel tersebut, harganya relatif terjangkau. Nah, pada Kota Salatiga terdapat bakso mangkok , klenger serta beranak. Seperti apa penampakannya, berikut catatannya untuk Kompasiana.
Seperti galibnya seorang pedagang makanan, Rini ibu rumah tangga berusia 43 tahun warga Payaman, Cengek, Tingkir, Kota Salatiga inginnya memiliki urusan ekonomi sampingan yang berprospek cerah. Tentunya, hal ini agak sulit terealisasi mengingat rumahnya berada pada pinggiran kota. Tanpa inovasi, rasanya keinginannya bisa- bisa hanya sebatas mimpi.
Terkait hal tersebut, tahun 2016 lalu Rini membuka urusan ekonomi kuliner beserta menu andalan masakan Indian serta Thailand. Sayang, kendati output racikannya direspon masyarakat, namun tak kunjung terdongkrak omzet penjualannya. Maklum, rumahnya yang dijadikan warung makan memang kurang mampu menjual. Dari jalan raya Salatiga-Suruh, calon pembeli wajib memasuki gang agak sempit sebelum sampai pada lokasi.
Karena perkembangan warungnya kurang signifikan, akhirnya sejak tiga bulan lalu, Rini memutar otak. Dalam benaknya, ia ingin berinovasi untuk menemukan menu andalan yang mampu menarik pelanggan. Saat itu terfikirkan, bagaimana jika membuat menu tambahan berupa bakso, jelasnya, Kamis (27/4).
Kebetulan, Rini yang piawai mengolah bermacam-macam makanan memang menguasai cara mengolah bakso. Untuk itu, dirinya kembali memikirkan bagaimana bakso produknya lain dibanding beserta warung bakso yang sudah ada. Kalau hanya bakso bundar, dilengkapi tahu serta bakmi. Rasanya tiap sudut kota Salatiga mudah ditemukan, ungkapnya.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Rini menetapkan membuat bakso mangkok. Di mana, gabungan daging dibentuk menyerupai mangkok serta pada tengahnya diberikan beberapa bakso bundar. Harga yang dipatoknya, lumayan mahal yakni Rp 35.000 seporsi. Anehnya, ketika menu tambahan ini saya perkenalkan pada pelanggan, responnya sangat bagus, terang Rini.
Bakso Beranak
Melalui penjualan secara online, yakni memanfaatkan pertemanan pada media sosial, bakso mangkak banyak dipesan pelanggan. Kendati begitu, Rini tetap berinovasi lagi. Ia mencoba menyediakan bakso beranak, pada mana, gabungan bakso didesain sebesar bola tenis, ketika dibelah bagian dalamnya terdapat bakso kecil plus telur puyuh. Untuk bakso beranak harga perporsinya lebih murah, yakni hanya Rp 20.000, jelasnya.
Rini yang membuka warung baksonya mulai pk 12.00 serta tutup pk 19.00, umumnya dalam sehari menghabiskan bahan standar 3-4 kilogram daging. Kendati harga yang dipatok pada atas harga bakso kebanyakan, namun ia tetap optimis warungnya memiliki prospek bagus. Terbukti sudah ada beberapa orang yang ingin mengajak kerja sama, ungkapnya.
Memang, belakangan pada Kota Salatiga semakin banyak pedagang bakso yang berinovasi. Sedikitnya terdapat 6 lokasi warung yang menyediakan menu special, yakni baksi beranak. Di dalam kota sendiri, tepatnya pada Jalan dr Muwardi terdapat warung bakso milik Imron Sadewo yang menyiapkan berbagai varian bakso. Di sini, kami menyediakan bakso rudal, bakso beranak serta juga bakso klenger, istilah pria berasal Wonogiri tersebut.
Untuk bakso rudal dipatok harga Rp 12.000, bakso beranak Rp 20.000 serta yang terakhir yakni bakso klenger harganya paling mahal, yakni Rp 60.000 perporsi. Bakso klenger sendiri, sebenarnya berbentuk mirip bulatan bakso biasa. Yang membedakan, ukurannya sangat besar nyaris memenuhi mangkok. Untuk bakso klenger, pembeli wajib memesan terlebih dulu sebab stocknya terbatas, ujarnya.
Seperti halnya Rini, Imron mengakui setelah dirinya berinovasi, sambutan konsumen ternyata cukup bagus dibanding ketika warungnya menjajakan bakso biasa. Dengan konsusi bahan bahan standar berupa daging sapi sebanyak 5- 6 kilogram perhari, ia terus akan menyebarkan produk baksonya menjadi sedikitnya 10 varian.
Itulah sedikit catatan tentang perbaksoan pada Salatiga, meski pedagang bakso jumlahnya tak terhitung, namun hanya pedagang langsung yang berani berinovasi saja yang mendapat respon positif konsumen. Memang, pedagang kecil jika tak kreatif ya alamat tergilas jaman. Jadi, semisal ibu muda tengah nyidam bakso beranak agar persalinannya lancar, sementara pada daerahnya sulit menemukan menu jenis ini,silahkan datang ke Kota Salatiga. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar