Fauzi, Geliat UKM Mengedukasi dan Memproduksi Bakso Halal dan Higienis
Bakso adalah makanan favorit seluruh kalangan di Malang dan sekitarnya. Menikmati bakso pun dapat dilakukan di mana saja. Mulai dari kedai bakso yg akbar dengan nama terkenal, ukuran sedang, ataupun berupa warung mungil gampang ditemui di beberapa kawasan. Bagi yg malas keluar, tukang bakso pun lewat dengan gerobaknya.
Berbicara makanan terlebih bakso tidak akan terlepas dari bahan (daging yg dipakai, bahan pencampurnya) hingga proses pembuatannya. Bagi produsen bakso skala akbar rasa khawatir bagi kita tidak begitu berlebihan mengenai kehigienisannya, harga yg mahal dapat menjadi jaminannya bahwa baksonya berkualitas.
Nah, kadang menjadi persoalannya waktu terjadi di kalangan masyarakat bawah. Mereka juga getol menikmati bakso dengan harga terjangkau. Ada harga muncul rupa, hukum ekonomi berlaku. Jila bakso harganya murah tentu operasionalnya akan ditekan seminim mungkin. Maka muncul benarnya bila cerita program pemeriksaan di sebuah stasiun televisi dapat menciptakan kita waspada. Daging yg dicampur tidak murni dari sapi, dengan pengawet, serta pengolahannya yg kadang telihat jorok.
Kondisi ini yg menciptakan keprihatinan Fauzi wacana perbaksoan di Malang. Sebagai pelaku penjual dan produsen bakso semenjak tahun 1997 tahu benar bagaimana kondisi di lapangan. Situasinya ternyata poly hal yg perlu diperbaiki. Mulai dari bahan terutama prosesnya, dan itu seluruh wajib segera dicari solusinya. Kesadaran masyarakat akan makanan yg baik tidaklah nisbi. Perlu dibarengi tanggung jawab penjual terlebih lagi pembuatnya. Pendek istilah Fauzi ingin bakso produksinya dan juga pelaku bakso lainnya adalah yg berkualitas. Dalam hal ini terjamin halal dan higienis.
Tidak gampang memang mewujudkan hal ini terutama bagi pengusaha mungil. Dan Fauzi mau memulainya dengan harapan pelaku yg lain akan mengikutinya. Sejak tahun 2013 dia mengajak para pelaku bakso yg lain buat menciptakan bakso yg halal dan higienis. Standar yg dipakai paling tidak adalah memakai daging segar yg pemotongannya dengan cara agama. Daging yg akan digiling nanti wajib dicuci terlebih dahulu, bukan saja menyangkut kebersihan dan menghilangkan kenajisannya tetapi juga anjuran dari agama. Apalagi muncul mitos yg berkembang bahwa bila daging dicuci maka nantinya tidak dapat jadi pentol bakso yg dibutuhkan.
Menurut Fauzi tidaklah gampang mengedukasi para pelaku perjuangan perbaksoan itu. Pada mulanya dia mengajak rekan-rekan terdekatnya terlebih dahulu melakukan hal tersebut, setidaknya dengan mencuci daging. Yang selanjutnya dia meminta kepada tukang giling daging buat membersihkan mesin penggilingan itu yg biasanya buat umum. Hal itu dikhawatirkan muncul sisa daging dari pelanggan sebelumnya yg dirasa kurang terjaga kebersihannya. Konsekwensinya memang Fauzi wajib menambah biaya lagi buat permintaan itu, dan demi kenyamanan dia tidak keberatan akan hal itu.
Punya mesin sendiri
Rupanya apa yg dilakukan Fauzi yg juga bermisi sosial ini mendapat perhatian dari Baznas Kota Malang. Tahun 2015 bareng Baznas dia mengadakan pelatihan buat dapat menciptakan bakso yg baik dan benar. Mulai dari bahan yg wajib dipakai (dan melarang memakai pengawet sintesis) hingga kepada prosesnya. Ada kurang lebih 50 peserta yg mengikutinya mulai dari pelaku bakso itu sendiri, pemula, ataupun yg baru sama sekali yg tertarik kepada pembuatan bakso.
Lambat laun poly pelaku perbaksoan yg mengikuti jejaknya. Ia kemudian membangun komunitas tidak resmi buat dapat terus mengajarkan bagaimana menciptakan dan mengolah bakso dengan kriteria bakso yg halal dan higienis. Biaya operasionalnya pun dapat ditekan bila dilakukan bareng-sama. Apa yg dilakukan Fauzi ini nisbi penting dalam rangka dapat menyajikan bakso yg halal dan higienis kepada masyarakat poly terutama kepada lapisan bawah.
Dan akhirnya tahun 2016 Baznas pun menyampaikan donasi mesin buat pembuatan bakso yg berkualitas. Tidak hanya berupa mesin penggiling daging, juga mesin pembentuk pentol bakso bareng pengemasannya. Fauzi selangkah lebih maju buat menciptakan bakso dengan bungkus isi 10 buah yg juga dilengkapi bumbunya. Penyajiannya mirip dengan mie instan, tinggal diseduh dengan air panas dan kita dapat menikmati bakso itu dimanapun berada. Bakso dalam bungkus itu diberi label "Bakso wong Duro" sama dengan nama warung bakso yg digelutinya selama ini, yg berada di Jalan S. Supriadi 8A Malang.
Bakso yg didesain Fauzi ini murni memakai daging sapi dan tidak memakai pengawet sintesis. Maka dari itu penggunaan mesin pendingin dalam penyimpanannya adalah suatu keniscayaan. Bakso dapat awet selama berada di mesin pendingin itu, dan bakso dapat bertahan jangka waktu berbulan-bulan. Bakso yg di produksi Fauzi ini telah mendapat sertifikat halal yg dimuntahkan MUI Kota Malang dan laporan hasil uji dari Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Bakso yg diproduksinya selain dipakai sendiri juga dipasarkan ke penjual bakso yg lain. Dari segi harga memang lebih mahal sedikit, namum dengan kepastian kehalalan dan higienisnya. Aika dihitung dengan energi yg dimuntahkan maka harga jatuhnya dapat sama bila membikin sendiri. Ada kurang lebih 15 penjual bakso yg merogoh produksi baksonya, yg rata-rata memakai gerobak. Hal ini sesuai dengan misinya bahwa konsumen perlu tersaji bakso yg bermutu dengan harga yg terjangkau.
Berkeinginan menyediakan mesin penggilingan umum
Masih poly duduk perkara yg wajib diselesaikan dalam perbaksoan ini dengan banyaknya penjual bakso di Malang dan sekitarnya. Salah satu duduk perkara yg wajib dipecahkan adalah keberadaan mesin penggilingan umum. Masalah kebersihan kadang dapat abai sebab penggunanya adalah masyarakat umum. Dagingnya pun dapat beragam yg tidak dapat dideteksi kualitasnya. Belum lagi pertarungan dalam kebersihan mesin waktu berganti konsumen. Idealnya berganti konsumen juga dibarengi pencucian mesinnya menjadi akibatnya sisa-sisa dari penggilingan daging sebelumnya dapat dipastikan bersih.
Saat ini memang Fauzi mempunyai mesin penggilingan sendiri namum tidak diperuntukkan buat umum. Selain alasan buat menjaga kualitas produksi baksonya juga sebab lokasinya yg tidak strategis sebab berada di tempat tinggal dan masih relatif jauh dari jalan primer. Yang dia inginkan adalah penggilingan umum yg skala akbar yg dapat dipergunakan siapa saja, terutama para produsen bakso. Ia menginginkan bahwa penggilingan umum tersebut memenuhi persyaratan kualitas dagingnya serta proses pengilingannya, yg sesuai dengan syariah dan kehigienisannya. Baginya kepada mesin pengilingan ini merupakan kunci dalam menciptakan bakso yg baik dan benar. Sedari awal ini wajib diantisipasi, pencampuran bahan olahan produsen bakso berada di sini. Banyak penggilingan umum yg abai akan hal ini, yg tidak menyeleksi ketat bahan yg dipakai konsumen.
Menurutnya buat dapat menarik para pelanggan, dia berencana menerapkan tarif sedikit dibawah harga pasaran. Namum syaratnya adalah wajib sesuai kriteria yg diterapkan misalnya daging wajib dicuci bersih terlebih dahulu. Harapannya adalah bila ini berhasil maka akan mendorong penggilingan daging umum lainnya akan mengikuti caranya. Penggilingan daging yg memproduksi produk yg halal dan terjamin higienisnya. Arahnya terang buat memproduksi berupa bakso akan terjamin kualitasnya. Dan bila dikerjakan secara bareng dan sinergi maka biaya bahan dan produksi dapat ditekan. Ini terang menguntungkan masyarakat luas, setidaknya terhindar dari bahan yg sangat merugikan kesehatan.
Banyak wirausahawan (entrepreneur) mirip yg dilakukan Fauzi. Melakukan perjuangan tidak semata buat mencari keuntungan belaka walau itu termasuk perjuangan mungil menengah (UKM). Usaha dilakukan buat tujuan yg baik, muncul aksi sosial didalamnya. Tokoh-tokoh mirip itu perlu diberikan apresiasi walaupun mereka melakukan itu seluruh bukannya memburu penghargaan. Dari rekam jejaknya pantas buat buat diberi "pengakuan", buat menjadi teladan supaya kita dapat mencontohnya. Seperti ajang Danamon Entrepreneur Awards 2017 adalah salah satu sarananya buat menampilkan para entrepreneur yg berdikasi terutama kepada ranah sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar